telecommunication engineering: Cell Breathing Pada Jaringan 3G

Kamis, 09 Agustus 2012

Cell Breathing Pada Jaringan 3G

Mungkin sahabat sering mengalami hal kurang memuaskan terhadap provider terkait sinyal 3G dan kualitas yang diberikan tidak sesuai harapan. Atau terkadang sering mengalami masalah pada sinyal 3G yang sering tidak stabil pada jam-jam tertentu. 
Banyak masalah yang sering dijumpai oleh customer terkait masalah sinyal pada mode 3G, seperti tidak stabilnya sinyal pada waktu tertentu. Untuk permasalahan seperti ini, biasanya pelanggan mengalami masalah dimana pada saat pagi, pelanggan mendapatkan signal 3G stabil dan pada  indikator sinyal penuh pada handsetnya, namun ketika menjelang malam, sinyal pada handsetnya mulai tidak stabil, kadang penuh, kadang hilang, bahkan sampai tidak mendapat sinyal sama sekali. Dan tentu saja bagi pelanggan yang membutuhkan konektivitas internet yang tinggi harus menggunakan mode 3G ini sangat menyebalkan apabila sinyal 3G yang didapatkan tidak stabil bahkan hilang, padahal tadi pagi, masih bisa mendapatkan sinyal 3G dengan kualitas yang bagus dan stabil. Permasalahan ini sering terjadi pada daerah dengan daerah penduduk yang padat ataupun daerah yang penduduknya jarang, dengan kata lain bisa terjadi dimana saja. 
Pada sistem 3G atau WCDMA pada dasarnya mengadopsi sistem CDMA dimana menggunakan frekuesi yang sama dan pada waktu yang bersamaan untuk setiap pengguna, namun dibedakan secara code tertentu. Sehingga penguna satu mengganggap pengguna lain sebagai noise dan sebagai interferences. 
Untuk itu, pelanggan harus mengetahui apa penyebab masalah ini. 
Pada mode 3G, atau WCDMA, atau UMTS, sistem bermain pada kapasitas. Sistem pengaturan kapasitas saling berpengaruh dengan coverage atau jangkauan pada sistem 3G. Kapasitas yang disediakan oleh setiap BTS 3G berbeda-beda sesuai planning dari engineer dan kebutuhan dari trafik pada wilayah daerah yang dilayani oleh BTS 3G tersebut. Kapasitas disini berkaitan dengan trafik yang dilayani oleh BTS tersebut. 
Bahasa sederhana, setiap BTS 3G, memiliki kapasitas untuk melayani pelanggan, coverage atau daerah jangkauan, dan trafik yaitu akses yang permintaan porsi kapasitas dari pelanggan. Kapasitas ini akan diisi dan dipenuhi oleh trafik sampai penuh. Namun untuk memenuhi kualitas dari konektivitas setiap pengguna yang mengakses BTS 3G, BTS 3G perlu mengatur power agar tetap terhubung dengan pelanggan, dan inilah langkah awal menuju cell breathing. Cell breathing merupakan aktifitas dari sebuah BTS untuk mengatur power sehingga jangkauan dari sinyal sebuah BTS dapat berubah - ubah setiap saat sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh BTS dan trafik yang dihandlenya. Aktifitas cell breathing ini mempengaruhi daerah jangkuan dari sinyal 3G BTS tersebut. Ketika suatu BTS 3G menghandle trafik yang masih kecil, jangkauan BTS 3G itu masih besar, namun ketika trafik yang dihandle oleh BTS 3G sudah semakin membesar dan kapasitasnya sudah hampir penuh, maka jangkauan atau coverage BTS 3G tersebut akan semakin mengecil. Kapasitas dalam hal ini adalah akses kecepatan internet yang paling berpengaruh. 
Ketika suatu BTS 3G atau Node B menghandle trafik dengan kapasitas yang kecil, misalnya trafik pelanggan 1 yang kecepatan 8 kbps, pelanggan 128 kbps dan pelanggan 3 dengan kecepatan 64 kbps sehingga total trafik yang dihandle adalah 200kbps atau trafiknya masih kecil maka coveragenya besar. Biasanya waktu untuk trafik kecil itu ketika subuh dan pagi hari karena pengguna masih terhitung sedikit yang menggunakan jaringan 3G. Namun ketika hari sudah mulai siang dan pengguna sudah banyak mengakses jaringan 3G, kapasitas dari NodeB mulai bertambah. Terlihat pada gambar disamping kanan, jumlah pengguna jaringan pada node B yang sama menjadi banyak, ada sekitar 8 pengguna dengan trafik yang berbeda dan total beban trafiknya adalah 800kbps. Pada saat trafik NodeB besar coverage NodeB tersebut akan mengecil. Radio resource management yang akan mengatur cell breathing pada NodeB. 
Mengenai perubahan coverage dari NodeB, jika kita asumsikan ada seorang pengguna menancarkan power untuk berkomunikasi dengan NodeB, jika bergerak menjauhi NodeB, maka diukur kekuatan sinyal tersebut sampai dimana sinyal yang diterima oleh NodeB dapat dipertahankan kualitas linknya, sehingga titik ini pengguna berada pada coverage NodeB yang paling luar, atau boundary coverage NodeB. 
Jika ada pengguna kedua yang aktif pada NodeB tersebut, maka terjadi interfernsi, dan agar tidak terjadi interfernsi maka pengguna pertama menambah power untuk NodeB, namun pengguna memiliki batas power yang tetap, sehingga tidak bisa menambah power lagi, kecuali pengguna tersebut bergerak mendekati NodeB. Ketika pengguna pertama tersebut bergerak mendekati NodeB, maka power yang diterima oleh nodeB dari pengguna pertama menjadi lebih besar, dan hanya cukup untuk mengataasi interferensi dengan pengguna kedua, dan hal ini akan menjadi batas coverage NodeB yang baru. 
Begitu seterusnya jika ada penambahan pengguna lagi, pengguna sebelumnya akan mengalami proses interferensi, sehingga makin banyak pengguna, maka load trafik dari Node B semakin besar dan coverage dari NodeB tersebut semakin mengkerut atau mengecil, begitu sebaliknya, ketika jumlah pengguna turun maka load dari NodeB akan semakin kecil dan coverage semakin membesar. 
Itulah sebabnya, kenapa terkadang sinyal tidak stabil, dan sinyal tidak stabil ini biasanya terjadi pada daerah pinggiran cell dari sebuah NodeB atau disebut border. Namun untuk pengguna yang letaknya dekat dengan NodeB, maka sinyalnya akan cenderung lebih stabil dibanding tempat lebih jauh dengan NodeB. Idealnya daerah jangkauan untuk coverage NodeB adalah radius 500meter, namun masih tetap bisa digunakan dengan baik pada radius 2km apabila trafik pada NodeB tersebut masih rendah. 
Perlu diingat juga, stabil tidaknya sinyal, tidak hanya dipengaruhi oleh sistem cell breathing, ada banyak faktor lain juga yang mempengaruhi ke stabilan sinyal, seperti pergerakan pengguna, multipath fading, interferences, dan hardware failure. 

created by :ajusady

2 komentar: